Ramal Aku Kau Kukejar
Image from : google.com |
Seperti biasa, Ica sedang asik dengan buku
horoskopnya. Hari ini bukan cuaca yang cerah dan angin sore pun nampaknya cukup
kencang sehingga rambutnya yang hitam tergurai dapat berkibas dengan indahnya.
Ditemani sebuah headset keluaran terbaru di telinga mungilnya ia asik dengan
aktifitasnya. “Masuk lu, bentar lagi
ujan!”. Mendengarnya Ica langsung mencari dimana asal suara itu. Ternyata
itu Sasha, teman satu kost Ica sedang melihatnya dari balkon rumah, dengan rol
tambut bertengger diatas kepalanya ia menyuruh Ica masuk. Benar, sedetik
kemudian hujanpun turun. Ica buru-buru masuk kerumah.
“Kok lu bisa
tau sekarang mau ujan? Padahal dibuku horoskop gue hari ini bakalan cerah” Teriak
Ica sambil mendekap buku horoskopnya agar tak basah. “Buku gocengan kayak gitu aja masih lu percayain ca haha” Sindir
Sasha sambil melahap roti isinya. Ica memang seorang remaja yang sangat percaya
dengan ramalan. Apapun yang ia alami selalu ia sangkut pautkan dengan ramalan
tersebut, apalagi masalah asmara. Walaupun banyak teman lelakinya yang berusaha
mendapatkan hatinya, selalu ia tolak begitu saja karna alasan sepele. Tentunya
berhubungan dengan ramalan.
Pinggil saja Andre, dia adalah seorang anak dosen di
universitas tempat Ica kuliah. Badannya yang atletis dan wajahnya yang mirip
dengan Joe Taslim membuat ia diidolakan mahasiswi kampus. Andre dan Ica sempat
dekat waktu itu, Tapi hubungan mereka tidak berjalan mulus. Kenapa ? Ica
menolaknya karena Andre menyatakan perasaannya pada hari Sabtu, dalam buku
ramalannya Sabtu bukanlah hari keberuntungannya.
Adalagi Dimas, seorang musisi yang sedang meniti
karirnya di dunia musik, ia juga teman sekampus Ica. Dimas pernah membuatkannya
sebuah lagu khusus untuk Ica. Betapa beruntungnya dia ? Tapi Ica tetap menolak
perasaan Dimas. Kenapa ? Karena zodiak mereka berbeda.
Sahabatnya Sasha selalu menasihatinya tentang
masalah ini. Tapi Ica tak pernah mau mendengarnya. Kalau kebiasaan buruk ini
tetap ia pelihara, hidupnya sungguh tak akan bisa tenang. Sasha tak mau
sahabatnya terus seperti ini.
--------------------------
“Permisi…”
Ica yang masih berada di bawah selimutnya, berusaha
keras untuk membuka mata. Suara itu semakin keras, hingga Ica terpaksa
melangkahkan kakinya membukakan pintu.
Tampak seorang lelaki berbadan tinggi, berkulit
putih, berhidung mancung, memakai jaket merah, bersepatu kets, dan berkacamata
hitam berada di hadapannya. Mata Ica tak dapat berkedip. Ah.. dia jatuh cinta.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Ica masuk kembali
ke dalam kamarnya. Ia membuka buku ramalannya hari ini. Benar. Dalam buku itu hari
ini dia akan kedatangan seorang yang akan mengubah hidupnya. Seketika mata
gadis itu berbinar-binar, ia yakin, lelaki itu akan menjadi kekasihnya.
“Boleh masuk?”
Lelaki berkacamata itu telah berdiri dipintu kamar
Ica dan sukses mengagetkannya. Lelaki itu adalah Satria. Dia adalah anak
pemilik kost yang diperintahkan menjaga kost itu selama mereka keluar kota.
Semakin hari Satria dan Ica semakin dekat, Ica
melihat Satria memang diramalkan untuknya, ditambahkan lelaki yang akan menjadi
pasangan hidupnya diramalkan dengan huruf S. Ica semakin yakin bahwa Satrialah
orangnya.
-------------------------
Malam
ini cuaca sangat cerah, bintang terlihat bersinar lebih terang dari biasanya.
Seterang hati Ica yang akan menghadiri undangan makan malam Satria. Ia telah
menghabiskan waktunya memilih gaun apa yang cocok untuknya. Ia ingin tampil
sempurna di mata Satria. “Merah adalah
lambang asmara gue, gue harus pake gaun merah!”
Lilin
telah dinyalakan, alunan piano terdengar merdu mengisi ruangan itu. Hidangan
istimewa telah disiapkan oleh Satria untuk membuat malam ini adalah malam yang
istimewa untuk wanita istimewa yang telah mengisi hatinya. Malam itu ia juga
telah menyiapkan sesuatu untuk dikatakan pada Ica.
Akhirnya
Ica datang, senyumpun terlukis pada kedua manusia yang sedang jatuh cinta. Ica
berusaha menutupi perasaan malunya, ia salah tungkah. Baru kali ini Ica
sebahagia ini. Sampai akhirnya Satria berkata sesuatu yang telah ia pendam
selama ini.
“Ica,
terimakasih udah mau datang. Kamu cantik malam ini. Apapun watna gaun kamu, kamu
tetap yang tercantik. Aku yakin kamu nggak akan sial hari ini”
Glek.. Ica lupa hari ini adalah hari Sabtu, hari
Sabtu bukanlah hari keberuntungan Ica. Ia takut hari ini akan ada sesuatu yang
terjadi. Ia tidak siap akan patah hati lagi. Ica memutuskan untuk meninggalkan
meja itu.
“Kamu mau
kemana? Ini hari keberuntunganmu, kamu akan mendapatkan seseorang yang tulus
mencintai kamu.”
“Gimana kamu tau?
Kamu nggak bakalan ngerti!”
“Semuanya karna
buku ramalan kamu itu kan? Akui tau semua Ca, aku tau hari Sabtu bukan hari
keberuntunganmukan? makanya kamu mau lari biar gak dapet sial ?”
“Kamu tau itu??
Mana bisa??”
“Aku nemuin bukumu
di halaman belakang dan menggantinya
pake ramalan palsu yang aku buat sendiri. Aku pengen kamu tau, semua yang
terjadi di dunia ini terjadi karna takdir Tuhan Ca bukan ramalan buatan
manusia. Dan semua hari itu baik nggak ada yang bikin sial.”
“Jadi selama ini
aku percaya ramalan kamu, dan itu cuma akal-akalan kamu aja ?? Jahat banget
sih…”
Akhirnya Satria dapat mengubah kebiasaan buruk Ica,
Ica sadar bahwa apa yang terjadi bukan karna sebuah ramalan. Tapi semua itu
sudah ada yang mengaturnya. Jadi, masih percaya sama ramalan?